Mimpi..oh..mimpi




Salam bahagia dan ceria,

Hari ini kiranya mahu berkongsi dengan teman sekalian tentang mimpi.Kita sering bermimpi. Ad yang elok dan ada juga yang buruk dan menakutkan. Mari kita sama-sama menghayati artikel yang saya bawakan khas adri indonesia.

Petunjuk Islami Dalam Menyikapi Mimpi Baik dan Buruk

Sebelum membahas bagaimana cara islami dalam menyikapi sebuah mimpi, alangkah lebih bagusnya kita membahas pengertian mimpi, pembagian dan hakikatnya terlebih dahulu.

Mimpi dalam bahasa Arab mempunyai tiga istilah. Antara satu sama lainnya mempunyai makna dan pemakaian tersendiri. Karena itu ketiga istilah ini sekaligus menunjukkan jenis-jenis pembagian mimpi. Masing-masing istilah tersebut adalah: 

1. Ru'ya; mempunyai makna yang umum untuk semua mimpi, namun biasanya kata ru'ya ini dipakai untuk mimpi-mimpi baik atau mimpi simbolik yang mengandung makna.
2. Hulum atau ahlam, biasanya dipakai untuk mimpi-mimpi buruk yang bersumber dari syetan.
3. Hadits an-nafsi, yaitu mimpi yang disebabkan oleh kondisi psikologis seseorang atau akibat kesan-kesan yang ditimbulkan oleh kejadian sehari-hari.

Pembahagian mimpi tersebut sesuai dengan pembagian jenis-jenis mimpi dalam hadits-hadits Rasulullah Saw.

Menurut para ahli psikologi, terjadinya mimpi adalah akibat kesan-kesan yang muncul karena peristiwa-peristiwa yang disaksikan dalam kehidupan sehari-sehari. Pendapat ini didukung juga oleh Psikologist Sigmond Freud. Dan ini kelihatannya lebih cocok dengan jenis mimpi yang ketiga di atas (hadits an-nafs).


Baca lagi>>>>>

Menyingkapi Mimpi
Di atas sudah diuraikan bahwa mimpi ada tiga jenis. Maka cara menyikapinya juga harus disesuaikan dengan jenis mimpinya.

A. Mimpi Baik (Ru'ya)
1. Memuji Allah SWT
Diriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda: "Apabila seseorang di antara kalian bermimpi yang disenangi maka itu adalah dari Allah. Karena itu hendaklah dia memuji Allah, dan memberitahukannya. Dan kalau dia bermimpi buruk, maka itu adalah dari syetan" (HR. Bukhari).

2. Menafsirkannya
Sabda Rasulullah Saw: ""Apabila seseorang di antara kalian bermimpi baik hendaklah dia menafsirkannya dan mengabarkannya" (HR. Ibnu Abdul Bar)

3. Memberitahukannya kepada orang yang dicintai
Dalam hadits riwayat Muslim disebutkan: "…dan jangan memberitahunya (mimpi baik tersebut) kecuali kepada orang yang dia cintai."

Di antara hikmah dalam memberitahukan mimpi baik ini hanya kepada orang yang dicintai adalah:
1. Berbagi kesenangan dengan orang yang dicintai
2. Tidak semua orang senang dengan kebaikan dan keberuntungan kita.

B. Mimpi Buruk (Ahlam)
1. Meniup ke arah kiri sebanyak tiga kali.
2. Memohon perlindungan kepada Allah SWT
3. Merubah posisi tidur ke arah kanan
4. Lakukan shalat sunnat kalau bisa
5. Jangan menceritakannya kepada orang lain.

Berikut beberapa riwayat untuk petunjuk di atas:
"Mimpi baik itu dari Allah, sedangkan mimpi buruk itu dari syetan. Maka siapa yng bermimpi dan tidak menyukainya hendaklah dia meniup ke arah kiri sebanyak tiga kali, berlindung kepada Allah dari (gangguan syetan) niscaya itu tidak membahayakannya, dan jangan memberitahukannya kepada siapa pun" (HR. Bukhari dan Muslim).

Ibnu Sirin, seorang ulama pakar tafsir mimpi di masa tabi'in berkata: "Siapa yang bermimpi buruk maka janganlah dia menceritakannya kepada orang lain dan hendaklah dia bangkit untuk shalat."

Dan disebutkan dalam riwayat Muslim agar orang yang bermimpi buruk mengubah posisi tidurnya.
Wallahu a'lam.

[Makalah ini ditulis dan disampaikan oleh ustadz Khoirul Ihsan Hasibuan pada acara Perbincangan Menjelang Dhuha (Per-Men Dhuha) KPTS].

Post a Comment

Previous Post Next Post